JAKARTA – Industri over the top (OTT) telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, merevolusi cara kita menonton film, serial TV, dan berbagai konten video. Platform OTT seperti Video, Netflix, Disney+ Hotstar, Vue dan Amazon Prime Video menawarkan beragam konten menarik dan eksklusif yang dapat diakses kapan saja, di mana saja melalui Internet.
Keberadaan OTT telah mengubah lanskap industri hiburan secara signifikan. Situs-situs ini menawarkan alternatif bagi pengguna yang ingin menonton konten tanpa bergantung pada paket TV kabel atau satelit yang mahal.
Selain itu, OTT juga menawarkan berbagai fitur menarik seperti streaming on-demand, rekomendasi hasil personalisasi, dan subtitle multibahasa.
Berkembang pesat
Industri OTT di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Sutanto Hartono, General Manager dan CEO MTech Video, mengatakan pertumbuhan ini disebabkan beberapa faktor, selain semakin banyaknya masyarakat yang beralih ke platform digital untuk menonton konten hiburan.
Pertumbuhan populasi kelas menengah, peningkatan penetrasi ponsel pintar, dan penurunan biaya data internet hingga lebih dari 90 persen dalam 5 tahun terakhir membuat OTT streaming semakin mudah diakses dan mendukung akselerasi industri OTT di Indonesia.
“Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kelas menengah akan terus meningkat. Setidaknya pada tahun 2028, Generasi Z (18-39 tahun) akan mencapai 52 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2023, dan smartphone diperkirakan akan menjadi pengguna yang luas. .OTT di Indonesia “Ini merupakan faktor penting yang mendukung pertumbuhannya,” ujarnya. Hal tersebut disampaikan Sutanto Senayan Ciy pada konferensi media bertema ‘Prediksi Streaming 2024’ yang diselenggarakan bersama Vidio di SCTV Tower pada Selasa, 11 Maret. 5 2024.
Lokasi ini juga menjadikan Indonesia sebagai pasar video online terbesar di Asia Tenggara.
Namun, perubahan dalam lingkungan investasi, pergeseran signifikan dari banyak platform digital ke berkurangnya komitmen untuk berekspansi di Asia, berdampak pada pemain regional menyesuaikan konsep bisnis mereka, mengurangi belanja luar negeri, dan menutup sebagian izin usaha mereka di Indonesia.
Sementara itu, YouTube dan VOD Premium masih mendominasi sebagai platform yang digunakan masyarakat Indonesia untuk mengakses konten hiburan. Namun pertumbuhan Tiktok di Indonesia meningkat signifikan, dari hanya tumbuh 1 persen menjadi 20 persen, dan VOD Premium relatif stagnan.
Menariknya, tingkat monetisasi industri video streaming di Indonesia meningkat pesat, dari 11 persen pada tahun 2018 menjadi 39 persen pada tahun 2023.
Video adalah platform OTT #1 di Indonesia
Video saat ini menjadi platform OTT nomor satu di Indonesia, tidak hanya dari segi jumlah pelanggan, namun juga dari segi jumlah unduhan, belanja konsumen, dan jumlah pengguna aktif bulanan. Laporan Mitra Asia (MBA).
Mereka berhasil melampaui platform OTT global dan regional seperti Netflix, Viu dan Disney+ dan menjadi satu-satunya OTT yang mencapai 4 juta pelanggan berbayar.
Meski demikian, Sutanto mengungkapkan kesuksesan Video di sektor OTT Indonesia bukannya tanpa tantangan. Selain bersaing dengan banyak pemain global, perusahaan juga harus menghadapi lingkungan dengan kebiasaan berlangganan publik yang rendah, tingkat pembajakan yang tinggi, dan pendapatan rata-rata per unit (ARPU) yang rendah.
Menurutnya, konten menjadi salah satu pilar kesuksesan video. Konten yang paling banyak diminta di platform ini; BRI memiliki ribuan konten hiburan, antara lain siaran langsung pertandingan berbagai cabang olahraga bergengsi seperti Liga 1, UEFA Champions League, Serie A, La Liga, NBA dan akses penuh siaran eksklusif seluruh pertandingan Premier League. .
Sutanto Hartono, yang juga menjabat sebagai CEO SCTV dan induk perusahaan Indosiar, Surya Citra Media (SCM), mengatakan Video menawarkan rangkaian saluran FTA terlengkap dan VOD eksklusif dari SCM untuk program-program populernya. Namun investasi terbesar mereka pada konten internasional adalah perolehan hak siar berbagai acara olahraga bergengsi.
“Konten olahraga lokal dan internasional menjadi konten utama untuk mempertahankan posisi OTT Video No. 1 di Indonesia,” ujarnya.
Serial TV lokal yang agresif
Memahami kecintaan masyarakat Indonesia terhadap konten lokal, tim ini mulai memproduksi original video series pada tahun 2019 dan sejauh ini telah memproduksi 77 film. Mereka terus berupaya menciptakan konten berkualitas tinggi melalui kemitraan dengan perusahaan produksi terkemuka.
Album terbaru mereka Ratu Adil menjadi salah satu proyek mereka yang paling ditunggu. Film ini disutradarai oleh Timo DiJianto dari Frontier Pictures yang dikenal sebagai sutradara di industri aksi dan thriller. Aksi eksplosif, mulai dari adu jotos hingga baku tembak, semuanya merupakan adegan yang menantang.
Dan pemeran Dion Sastrovartoyo, Ratu Adil pun menjadi salah satu pilar video yang kontennya menjadi fokus utama.
“Kami meyakini pesatnya pertumbuhan konten lokal Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong tumbuhnya industri video streaming,” jelas Sutanto.
Didukung ekosistem multi-platform Emtek, platform-platform tersebut memberikan kemudahan akses terhadap konten eksklusif. Salah satu keuntungannya adalah banyak perusahaan produksi terkemuka, seperti Cinemart dan Screenplay, memiliki pusat konten yang memungkinkan mereka memperoleh hak eksklusif atas produksi konten.
Fakta bahwa Vidyo akan memproduksi 51 produksi pada tahun 2022 hingga 2023 menunjukkan bahwa kami serius menghadirkan serial TV lokal yang sangat digandrungi masyarakat, ujarnya.
Di sisi lain, mereka agresif dalam bermitra dengan produsen peralatan asli (OEM), perusahaan telekomunikasi, dan IPTV untuk memudahkan akses dan menjangkau lebih banyak orang. Platform ini terintegrasi dengan lebih dari 300 perangkat dan mampu mengatasi peningkatan besar dalam konsumsi data, terutama ketika minat pengguna untuk menonton pertandingan olahraga meningkat secara bersamaan.
Pada kesempatan yang sama, Vivek Kudo, Managing Director dan salah satu pendiri Media Partners Asia (MBA), mengatakan telah terjadi pergeseran signifikan dalam preferensi pemirsa dari televisi ke video online, yang mengakibatkan pertumbuhan pesat.
Menurut peneliti dan konsultan independen AMPD Research, anak perusahaan MPA, industri video online Indonesia bernilai US$1,3 miliar, sedangkan segmen VOD premium mencapai US$500 juta.
“Dengan pangsa pemirsa sebesar 21 persen dan bagi hasil VOD premium sebesar 17 persen, video memiliki posisi strategis untuk ekspansi di masa depan dengan mempromosikan serial lokal dan konten olahraga inti,” katanya. Ribuan konten ekstremisme, ekstremisme, dan terorisme dimusnahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menutup atau ‘menghapus’ 5.731 konten terkait ekstremisme, ekstremisme, dan terorisme di ruang digital. Ftcchat 23 Maret 2024